Pendidikan lingkungan hidup merupakan usaha untuk melestarikan lingkungan yang dilakukakan dari generasi sekarang ke generasi yang akan datang. Secara eksplisit menunjukkan bahwa perjuangan manusia untuk melestarikan dan menyelamatkan lingkungan hidupnya, supaya tidak terjadi kepunahan dan tetap terjaga daya dukung lingkungan harus dilakukan secara berkesinambungan, dengan jaminan estafet antar generasi.
Sekolah mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengantarkan siswa ke masa depan. Saat ini pendidikan bukan lagi dipahami sebagai beban, tetapi harus ditampilkan sebagai sesuatu yang menyenangkan, membebaskan, memanusiakan dan memaknai kehidupan secara baik. Paradigma pendidikan yang demikian akan mendorong anak didik untuk memberdayakan dirinya dan bertanggung jawab pada lingkungannya.
Sekolah hijau merupakan sekolah yang memiliki kebijakan positif dalam pendidikan lingkungan hidup, artinya dalam segala aspek kegiatannya mempertimbangkan aspek lingkungan. Selain itu sekolah hijau yaitu sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas sekolah. Program sekolah hijau dikembangkan melalui lima kegiatan utama yaitu (1) pengembangan kurikulum berwawasan lingkungan, (2) peningkatan kualitas kawasan sekolah dan lingkungan sekitarnya, (3) pengembangan pendidikan berbasis komunitas, (4) pengembangan sistem pendukung yang ramah lingkungan dan (5) pengembangan manajemen sekolah berwawasan lingkungan.
Kegiatan sekolah hijau dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan, sekaligus mempraktikkannya di sekolah. Kegiatan sekolah hijau antara lain bertema tentang sampah. Harapannya adalah semakin banyak sekolah menyadari masalah lingkungan dan mengelola sampah di sekolah masing-masing maka masalah sampah akan bisa dikurangi. Dalam kegiatan sekolah hijau para siswa diberi pengetahuan tentang sampah, jenis sampah, bahaya sampah serta cara mengelola sampah. Pengetahuan ini digunakan sebagai dasar bagi siswa untuk melakukan praktik mengelola sampah. Kegiatan yang dilakukan siswa bisa dalam bentuk bermain, menggambar, membuat prakarya dari bahan bekas, melakukan daur ulang kertas serta membuat kompos sehingga pembelajaran benar-benar menyenangkan, bermakna dan berada pada konteks lingkungan sekolah sendiri, tetapi manfaatnya dapat mencakup konteks yang luas.
Pendidikan lingkungan bertujuan untuk membuat orang sadar lingkungan. Sadar lingkungan diartikan sebagai bagian dari kesadaran yang bertumpu pada terbentuknya hubungan yang positif antara individu dan lingkungan alam, sosial dan lingkungan yang telah terbentuk dengan memperhatikan keteraturan hukum ekologi. Tujuannya adalah terbentuknya sikap-sikap yang sadar lingkungan yang berdasar pada nilai-nilai yang sesuai. Berdasarkan teori psikologi perkembangan menunjukkan dengan jelas, bahwa semakin muda usia anak, pendidikan lingkungan akan semakin memberikan hasil yang positif.
Ada beberapa persyaratan agar pendidikan lingkungan hidup berhasil, yaitu (1) pendidikan lingkungan sebagai prinsip belajar. Pendidikan lingkungan dalam arti yang menyeluruh tidak terbatas pada pembelajaran menurut jadwal, melainkan menjadi prinsip pembelajaran yang menyeluruh yang mempunyai pengaruh pada seluruh kegiatan sekolah; (2) pelajaran yang berorientasi pada proyek. Pelajaran dengan proyek menggambarkan suatu bentuk yang tinggi dari pendidikan itu ditandai oleh orientasi terhadap situasi, integrasi bidang/fak, akses yang menyeluruh, belajar dalam bentuk tindakan, kegiatan yang mandiri/individuliasi, bentuk-bentuk kerja sosial yang beragam, orientasi pada proses dan produk; (3) lapangan ekologis tempat belajar. Pada praktik pelaksanaan pendidikan lingkungan, materi-materi yang digunakan di sekolah juga tidak boleh diabaikan. Hal itu berkaitan dengan pengelolaan kegiatan dan lingkungan sekolah yang cocok, misalnya mengurangi sampah, penggunaan alat pembersih ramah lingkungan, makanan dan minuman yang ekologis, halaman sekolah yang mencerminkan keadaan lingkungan yang baik manajemen sumberdaya air, hemat energi dan sebagainya.
Pengajaran kontekstual (contextual teaching) merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bisa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam berbagai latar/lingkungan baik di dalam sekolah, maupun luar sekolah, agar dapat memecahkan masalah-masalah yang secara nyata dihadapi siswa ataupun masalah-masalah yang sengaja disimulasikan kepadanya.
Belajar kontekstual (contextual learning) baru dapat terjadi apabila siswa telah dapat mengaplikasikan dan mengalami apa yang sedang diajarkan/ dipelajari. Berdasarkan uraian tersebut, maka untuk belajar kontekstual harus terjadi keterkaitan yang sangat erat antara materi pelajaran dengan pengalaman langsung siswa sehari-hari. Pengalaman yang dialami siswa di luar sekolah, apabila ada kaitannya dengan materi yang sedang dipelajari di kelas atau di lingkungan sekolah yang mendukung pembelajaran, maka siswa merasa ikut terlibat secara emosional dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga dengan demikian siswa akan merasa senang, tidak tertekan, dan menikmati dalam belajar, yang pada gilirannya siswa dengan mudah mempelajari materi pelajaran dengan sebaik-baiknya. Jika hal ini terjadi, maka dapat dipastikan bahwa pengetahuan, kemampuan, serta ketrampilan siswa akan meningkat baik secara akademis maupun secara praktis-aplikatif.
Comments