Saat ini, salah satu ancaman terbesar terhadap Indonesia adalah penyebaran konten negatif (konten berbau hoaks, ujaran kebencian atau hate speech, bullying, radikalisme, sampai pada beraneka ragam praktik penipuan) melalui media digital maupun manual. Hal ini disebabkan rendahnya pemahaman mengenai penggunaan teknologi digital yang digunakan untuk menerima dan menyebarkan informasi secara efektif dan tepat guna, atau rendahnya kemampuan literasi digital.
Dalam menghadapi ancaman tersebut, Kemkominfo melalui Ditjen Aptika menyelenggarakan kegiatan Literasi Digital kepada masyarakat sebagai bentuk pencegahan (hulu) penyebaran konten negatif di internet. Bersama 103 pemangku kepentingan, termasuk mitra dari berbagai kalangan, komunitas peduli, swasta, akademisi, masyarakat sipil, pemerintah dan media, Kemkominfo berpartisipasi dalam sebuah Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. GNLD Siberkreasi mendorong masyarakat untuk aktif berpartisipasi menyebarkan konten positif melalui internet dan lebih produktif di dunia digital.
Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami informasi dari komputer. Contoh literasi digital adalah, pembelajaran dan kemampuan untuk berpikir inovatif memakai teknologi. Berikut penjelasannya. Pengertian Literasi Digital Literasi digital memudahkan pekerjaan dan akses informasi melalui komputer.
Awalnya, penggunaan komputer memakai aplikasi berbasis teks saja, kemudian berkembang sistem operasi perangkat lunak seperti Windows. Perangkat lunak mendukung pemanfaatan literasi digital untuk kebutuhan masyarakat. Adanya komputer, ponsel, laptop, dan tablet memudahkan mobilitas untuk kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatan digital ini juga meningkatkan jaringan internet. Pengertian Literasi Digital Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan memakai informasi dari berbagai sumber, yang bisa diakses melalui komputer. Menurut Paul Gilster di dalam buku Digital Literacy, perkembangan komputer ini terjadi di tahun 1980-an. Kemudian, komputer dipakai di lingkungan terbatas kemudian menyebar di tahun 1990-an. Melalui perangkat ini, informasi bisa diakses dan disebarluaskan melalui jaringan internet. Dari buku Literasi Digital, UNESCO menjelaskan tentang literasi digital yang berhubungan dengan life skills (kecakapan). Kemampuan ini tak hanya melibatkan teknologi saja, tetapi kemampuan untuk belajar, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif untuk kompetensi digital.
Pengertian Literasi Digital
Sederhananya, literasi bisa bermakna kemampuan manusia dalam membaca dan menulis, meskipun pengertiannya tak hanya sebatas pada kemampuan itu. Banyak pengertian mengenai apa itu literasi digital, seperti Paul Glister menyebutnya sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi yang didapat dari berbagai sumber.
Kemudian Deakin University’s Graduate Learning Outcome 3 menyebut jika literasi digital adalah upaya dalam memanfaatkan teknologi dalam menemukan, menggunakan dan menyebarluaskan informasi dalam dunia digital seperti saat ini. Sementara itu Common Sense Media, memiliki pendapat lain soal pengertian istilah ini.
Literasi digital kominfo mencakup tiga kemampuan yang berupa kompetensi dalam pemanfaatan teknologi, memaknai dan memahami konten digital hingga menilai kredibilitas dengan meneliti hingga melakukan komunikasi dengan alat yang tepat. Dapat disimpulkan bahwa literasi digital merupakan upaya yang diperlukan seseorang di era sekarang guna menyaring informasi secara akurat.
Literasi yang buruk bisa berdampak tidak baik juga bagi psikologis seseorang, khususnya usia remaja karena cenderung labil dan sering menelan mentah-mentah informasi. Tanpa mencari tahu lebih dulu kebenaran dan seberapa akurat informasi yang didapat itu, kondisi ini membuat tak sedikit munculnya kegaduhan karena salah mendapat informasi yang kemudian disebarluaskan.
Prinsip Literasi Digital
Menurut Yudha Pradana dalam bukunya berjudul Atribusi Kewargaan Digital dalam Literasi Digital yang diterbitkan tahun 2018 menyebutkan beberapa prinsip dasar. Di antaranya adalah pemahaman, saling ketergantungan, faktor sosial hingga kurasi. Berikut ini penjelasan dari beberapa prinsip literasi digital tersebut.
Pemahaman
Dalam artian masyarakat memiliki kemampuan untuk memahami informasi yang diberikan oleh media, baik secara implisit maupun eksplisit.
Ketergantungan
Antara media yang satu dengan lainnya saling bergantung dan berhubungan, media yang ada saling berdampingan serta melengkapi antara satu sama lain.
Faktor Sosial
Media saling berbagi pesan atau informasi kepada masyarakat, keberhasilan jangka panjang dari media ditentukan oleh pembagi serta penerima informasi.
Kurasi
Masyarakat punya kemampuan untuk mengakses, memahami dan menyimpan informasi untuk dibaca di lain kesempatan. Kurasi merupakan kemampuan bekerja sama dalam mencari, mengumpulkan hingga mengorganisasi informasi yang dinilai berguna.
Manfaat Literasi Digital
Pemahaman mengenai informasi digital memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, mulai bagi diri sendiri maupun kelompok masyarakat umum. Berikut ini beberapa manfaat yang diberikan literasi digital dalam kehidupan sehari-hari dalam buku Literasi Digital karya Janner Simarmata.
Memperoleh dan memperluas informasi secara cepat dan terkini, seperti jika ingin melihat jadwal keberangkatan pesawat. Tak perlu lagi harus berada di bandara, informasi mengenai itu sudah bisa diakses secara digital melalui internet.
Penggunaan internet di era digital membuat seseorang secara tak langsung belajar dan melatih keterampilan. Seperti ketika akan memasak namun tidak mengetahui secara pasti bumbu yang akan digunakan, semuanya sudah bisa dilihat dan dipelajari melalui internet.
Penggunaan referensi internet dimana dan kapan saja sudah membuktikan bahwa munculnya literasi digital bisa menghemat penggunaan waktu. Internet saat ini bisa diakses menggunakan ponsel canggih, sehingga tak perlu lagi memikirkan perangkat apa yang harus dipakai.
Seseorang mencari dan menambah teman baru dari berbagai wilayah, maupun negara di berbagai belahan dunia hanya melalui media sosial. Hal baru yang kini semakin dianggap sebagai budaya dan kebiasaan dari mudahnya penggunaan internet.
Tantangan Literasi Digital
Arus Informasi Banyak
Tantangan paling kuat yang pertama adalah informasi yang muncul terlalu banyak, hal ini membuat masyarakat dipaksa banyak menerima informasi secara bersamaan. Literasi digital adalah literasi yang berperan untuk mencari, menemukan, memilah dan memahami informasi yang benar serta akurat.
Konten Negatif
Banyaknya arus informasi tak pelak membuat sulit menyaring konten yang ada, ini memunculkan kehadiran konten negatif. Seperti pornografi, SARA dan lain sebagainya bisa dilihat dan didapat dengan mudah lewat akses internet.
Contoh Literasi Digital
Literasi Digital di Sekolah
Komunikasi dengan guru dan teman menggunakan media sosial, mengirim tugas, melakukan pembelajaran hingga mencari bahan ajaran dari sumber terpercaya.
Literasi Digital di Rumah
Melakukan penelurusan dengan memakai browser, mendengarkan musik, melihat film, melihat video tutorial memasak di internet hingga bekerja dengan memanfaatkan internet.
Comments